Pengunjung antusias menyaksikan koleksi yang ditampilkan pada Pameran Pangastho Aji di kompleks Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, pada Kamis (2/10 - 2025).
Harianjogja.com, JOGJA—Di kompleks Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sebuah pameran istimewa tengah berlangsung. Bertajuk Pangastho Aji, Laku Sultan Kedelapan, pameran ini mengajak publik menyusuri jejak panjang Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, raja yang dikenal sebagai pembaharu sekaligus penjaga tradisi.
Pameran yang dibuka sejak 26 September lalu ini tidak sekadar menampilkan benda-benda pusaka, tetapi juga narasi perjalanan seorang tokoh yang lahir sebagai Gusti Raden Mas Sujadi pada 3 Maret 1880, kemudian naik takhta pada 8 Februari 1921. Dari ruang ke ruang, kisahnya disajikan dengan cara yang menyentuh, seakan membawa pengunjung kembali ke masa lampau.
Ruang audiovisual yang ditempatkan di depan menjadi salah satu magnet utama. Dinding ruangan disulap menjadi layar yang menampilkan lanskap alam dengan kehadiran hewan-hewan besar seperti gajah hingga harimau. Bukan sekadar hiasan, visual ini merujuk pada cara Sultan HB VIII memperkaya seni pertunjukan dengan menghadirkan unsur fauna yang sebelumnya jarang ditampilkan.
Carik Kawedanan Radyakartiyasa, Nyi R. Ry Noorsundari, akrab disapa Ami, menjelaskan HB VIII memang memberi napas baru dalam dunia seni pertunjukan. “Zaman dulu hewan seperti naga atau gajah hanya ada di wayang kulit. Beliau membawa hewan-hewan itu juga ke wayang wong. Itu memperkuat cerita bahwa ada makhluk ciptaan Tuhan selain manusia,” jelasnya, Kamis (2/10).
Menurut Ami, sentuhan itu bisa jadi berhubungan dengan pengaruh budaya Barat. Pada masa kolonial, kisah-kisah tentang peri atau makhluk gaib populer di Eropa. HB VIII tampaknya menangkap inspirasi tersebut, lalu mengolahnya dalam kerangka budaya Jawa sehingga lebih relevan bagi masyarakatnya.
Selain visualisasi yang imersif, ruangan ini juga memutar arsip lama berupa surat kabar dan rekaman video. Di sana tergambar bagaimana sosok HB VIII memimpin, juga bagaimana masyarakat kala itu memandang raja mereka. Bagi pengunjung muda, materi ini terasa segar karena tidak sekadar menjejalkan teks sejarah, melainkan menghidupkan ingatan masa lalu.
Di ruangan lain, alur kronologi perjalanan HB VIII sebelum bertakhta disajikan detail. Dari masa sebelum bertakhta sebagai GRM Sujadi, hingga momen tak biasa ketika ayahandanya, Sri Sultan HB VII, memilih turun takhta meski masih hidup dan menyerahkan tampuk kekuasaan kepada putra keempatnya itu.
“Beliau [HB VIII] naik takhta ketika HB VII masih sugeng [hidup], kemudian takhta diberikan. Pada mulanya HB VII memutuskan turun takhta dan mengangkat putra mahkotanya yang keempat, Gusti Raden Mas Sujadi, yang kemudian menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono VIII,” kata Ami.
Barang-barang pribadi Sultan HB VIII pun dihadirkan. Ada pakaian-pakaian resmi, kursi singgasana yang dipakai saat ia berkuasa, hingga foto-foto kegiatan sehari-hari.
Tak kalah penting, pameran ini juga menyingkap sejarah lahirnya Praja Cihna, lambang resmi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada masa HB VIII, muncul kesadaran untuk melepaskan diri dari simbol bergaya Barat yang bernapaskan Eropa. Sang raja kemudian menunjuk maestro budaya Jawa, KRT Joyodipuro, untuk merancang lambang yang lebih berakar pada jati diri Jawa.
Proses itu tidak berlangsung singkat. Melalui tahapan panjang, berbagai versi lambang sempat digunakan di sejumlah bangunan Kraton. Namun penyempurnaan terakhir akhirnya melahirkan Praja Cihna yang kini menjadi identitas kuat Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan masih lestari hingga kini.
BACA JUGA: BPN DIY Pastikan Ganti Rugi Tol Solo-Jogja Sesuai Aturan
Pengunjung Antusias
Aulia Urrahmani, pelajar SMA asal Jawa Barat, mengaku kagum dengan konsep pameran. “Saya baru tahu kisah Sultan HB VIII. Selama ini cuma tahu Sultan yang sekarang. Ternyata konsepnya menarik, enggak membosankan. Paling berkesan di ruang audiovisual, menurut saya megah,” ucapnya saat ditemui di kompleks Kraton.
Dengan tiket masuk Rp15.000 untuk wisatawan domestik dan Rp25.000 bagi wisatawan mancanegara, pengunjung bisa menikmati pameran setiap Selasa hingga Minggu, pukul 08.30–14.30 WIB. Pameran ini masih akan berlangsung hingga 24 Januari 2026.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News