Anggota JOXZIN berfoto bersama dalam perayaan usia ke-40 tahun di Tebing Breksi, Minggu (22/6/2025). Kelompok geng legendaris ini telah bertransformasi ke arah aktivitas sosial. - Istimewa/JOXZIN.
Harianjogja.com, JOGJA—Masa lalu kota Jogja memang unik. Selain sebagai kota budaya dan pendidikan, Jogja juga menyimpan memori masa lalu kelompok anak muda yang terorganisasi secara amatir, kemudian disebut sebagai geng.
Kelompok geng terdahulu itu ternyata sampai detik ini masih ada, meski sudah bertransformasi dengan beragam aktivitas masyarakat. Mulai dari organisasi sayap partai politik hingga fokus ke kegiatan sosial. Oleh karena itu masyarakat menyebutnya sebagai geng legendaris. Salah satunya adalah JOXZIN.
JOXZIN merayakan ulang tahunnya ke-40 yang digelar di Tebing Breksi, Prambanan, Sleman, Minggu (22/6/2025). Salah satu pendiri JOXZIN Iwan alias Wanpek menuturkan pertemuan tersebut merupakan niat dari seluruh anggota dari berbagai wilayah di Indonesia untuk bertemu. Di mana sebagian besar mereka sudah bertransformasi dengan beragam kegiatan dan latar belakang.
Pertemuan itu sekaligus untuk menunjukkan bahwa kelompok ini masih ada hingga saat ini meski sudah bertransformasi, bukan lagi sebagai geng dengan aktivitas negatif.
BACA JUGA: 3 Ribu Siswa di Bantul Tidak Mengajukan Akun SPMB SMP 2025, Ini Penyebabnya
"Jadi di usia ke-40 tahun ini kami kumpulkan, semua teman-teman dari berbagai wilayah, tidak mengenal suku, ras, agama karena saya dulu membentuk JOXZIN ini untuk perkumpulan persaudaraan, istilah kami seduluran saklawase," katanya.
Wanpek mendorong agar generasi penerus lebih banyak melakukan aktivitas positif. Ia tidak menampik bahwa di masa lalu ada aktivitas negatif yang pernah dilakukan. Sehingga saat ini harus lebih banyak melakukan aksi-aksi positif yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Jadi seperti momentum ini kami menggelar kegiatan positif, sebagai upaya bahwa kami masih ada dan bisa dinilai positif, jangan negatif terus. Kami mengangkat tema menghargai masa lalu, menggapai masa depan cemerlang," ujarnya.
Medio 40 tahun silam atau Juni 1985, Wanpek tak pernah membayangkan JOXZIN bisa menjelma sebagai geng legendaris di Kota Jogja. Saat itu ia sebagai pencetus sekaligus pendiri hanya sekadar menyematkan nama kelompok nongkrongnya pojokan penjual bensin kawasan kauman yang saat ini menjadi Gedung PDHI.
Bahkan saat ini muncul berbagai organisasi sayap dengan beragam afiliasi dengan mengambil nama JOXZIN. Bagi Wanpek ia tidak keberatan dengan adanya banyak JOXZIN dan semuanya akan dirangkul. Namun selalu mengingatkan agar berkegiatan positif.
"Memang sebutan geng itu sampai saat ini masih ada, kami 2018 juga berkumpul dan mendirikan JOXZIN Lawas Masjid, ini afiliasinya kegiatan keagamaan dan sudah membangun Masjid kedua," ujarnya.
Wanpek mengaku JOXZIN sebenarnya pernah dibubarkan oleh aparat di tahun 1999 karena saat ini sangat muncul aktivitas geng dengan berbagai perseteruan dengan sejumlah rival geng di Kota Jogja. Meski demikian, ruh sebagai JOXZIN tetap ada di setiap anggota sehingga secara perlahan berhimpun kembali dengan kegiatan positif sampai saat ini.
"Waktu itu pemerintah memang memutuskan dibubarkan karena banyak perseteruan. Tetapi jiwa anggota tetap ada, istilahnya waktu itu kami hijrah ke jalan yang benar. Lewat harlah ini kami kembali menegaskan untuk berkegiatan positif," ucapnya.
Salah satu tokoh Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat GBPH Prabukusumo yang turut hadir dalam perayaaan Harlah JOXZIN ke-40 tersebut mengapresiasi aktivitas JOXZIN saat ini yang banyak dengan kegiatan positif. Adik Sri Sultan HB X ini mengakui sejak dahulu mengetahui kelompok geng ini sering nongkrong di depan Gedung PDHI Alun-Alun Utara.
"Awal mulanya preman tetapi sekarang berubah menjadi satu organisasi yang melakukan banyak aktivitas sosial di masyarakat. Ini merupakan suatu nilai positif bagi masyarakat, ini luar biasa. Mereka perlahan bisa menyadarkan anggotanya untuk tidak malak lagi, ini luar biasa," ucapnya.
Gusti Prabu berpesan sebagai organisasi kemasyarakat, maka JOXZIN harus bisa bekerja sama dengan pihak mana pun. Sehingga keberadaan bisa diakui secara positif oleh masyarakat. "Kalau bisa bekerja sama dengan pihak mana pun tanpa memandang suku, ras, agam tentu ini sangat baik sekali," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News