Harianjogja.com, JOGJA—Kemantren Pakualaman, Kota Jogja berhasil menekan volume sampah yang dibawa ke depo dengan pengelolaan sampah berbasis rumah tangga. Jika biasanya volume sampah mencapai 8 ton per hari untuk satu kemantren, di Pakualaman mampu ditekan menjadi sekitar 2,6 ton. Artinya pengurangan volume tersebut mencapai 5 ton per harinya.
Mantri Pamong Praja Kemantren Pakualaman, Saptohadi, menjelaskan capaian ini bukan datang secara instan. Pengurangan volume sampah dilakukan melalui pendekatan sistemik yang dimulai dari rumah tangga, kemudian diangkut oleh transporter yang telah disepakati bersama masyarakat.
“Warga kami wajib memilah sampah sejak dari rumah. Ada pemisahan antara organik, anorganik, dan residu. Anorganik sudah masuk ke bank sampah, jadi yang kami tangani hanya organik dan residu,” ujar Saptohadi, Selasa (22/7/2025).
Menurutnya, upaya ini makin terstruktur sejak Pura Pakualaman menggandeng Bumdes Panggungharjo, Sewon, Bantul untuk membantu penjemputan sampah rumah tangga secara langsung. Program tersebut berjalan melalui skema Corporate Social Responsibility (CSR) yang kemudian diperkuat oleh komitmen warga di setiap RT dan RW.
Saptohadi mengungkapkan sistem pemilahan dan penjemputan sampah dimulai secara resmi sejak 4 Februari 2025. Dalam satu minggu, pengangkutan dilakukan lima kali dengan pencatatan dan penimbangan harian.
“Pada Februari saat uji coba, reduksi sampah langsung mencapai 54,22 persen. Sekarang kami konsisten di angka 2,6 ton per hari. Padahal rekomendasi maksimal itu 4–5 ton, jadi kami masih jauh di bawah itu,” katanya.
Meski sempat diwarnai dinamika pada pekan awal, seperti adanya warga yang belum bersedia memilah dan sejumlah komplain, di pekan kedua warga sudah mulai terbiasa. Kesadaran masyarakat yang telah dibangun sejak akhir 2024 dinilainya berperan besar dalam kesuksesan program ini.
“Kami sudah mulai sosialisasi sejak November 2024. Perubahan persepsi masyarakat menjadi kunci. Sekarang sudah banyak yang sadar, dan target kami selanjutnya menekan lagi hingga ke angka ideal 1,6 ton per hari di tingkat kemantren,” kata Saptohadi.
Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo, turut mengapresiasi langkah yang diambil Kemantren Pakualaman dan menyebutnya sebagai contoh ideal pengelolaan sampah berbasis keluarga.
“Hasilnya yang biasanya 8 ton per hari untuk satu wilayah kemantren, sekarang bisa berkurang drastis menjadi 2,5 sampai 3 ton saja per hari,” ujar Hasto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News