Pelaksanaan tradisi Grobyak Telaga di Padukuhan Bendogede, Sumbergiri, Ponjong. Minggu (22/6/2025). - Harian Jogja - David Kurniawan
GUNUNGKIDUL—Dinas Kebudayaan atau Kundha Kabudayan Gunungkidul mendukung penuh upaya pelestarian telaga di kawasan Bumi Handayani.
Pelaksanaan dilakukan dengan kearifan lokal seperti festival edrek-edrek di kawasan selatan atau Grobyak Telaga seperti yang terlaksana di Padukuhan Bendogede, Sumbergiri, Ponjong.
Kepala Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Choirul Agus Mantara mengatakan, telaga memiliki banyak fungsi karena tidak hanya menjadi sumber mata air. Namun, juga berfungsi sebagai sumber pangan bagi masyarakat.
Meski demikian, ia tidak menampik banyak telaga di Gunungkidul yang tidak berfungsi dengan baik, alias airnya cepat mengering. Oleh karena itu, ada upaya melestarikan dengan memanfaatkan kearifan lokal yang dibalut dengan tradisi.
“Telaga bisa jadi sumber pangan karena ikan hasil budi daya bisa dimanfaatan warga sekitar. Pada saat air penuh dilakukan dengan memancing, tapi saat mengering bisa dengan cara Grobyak Telaga dengan melibatkan massa yang banyak,” kata Mantara, Senin (23/5/2025).
Menurut dia, kegiatan grobyak telaga dikenal juga dengan istilah edrek-edrek bagi warga di wilayah Selatan Gunungkidul. Meski beda penyebutan, tapi memiliki manfaat dan tujuan yang sama, yakni menjaga kelestarian telaga.
BACA JUGA: Ancaman Abrasi di Kawasan Pesisir di Bantul Nyata, Jarak Terjauh Hampir 100 Meter
Hal ini diketahui dengan adanya kegiatan menginjak-injak dasaran telaga yang mulai mengering sehingga menghasilkan lumpur. Diharapkan lumpur-lumpur tersebut dapat menutup ponor-ponor tanah di dasaran telaga sehingga bisa menyimpan air lebih lama sehinga dapat lebih bermanfaat.
“Tradisi ini yang akan kami perluas ke telaga-telaga lain agar fungsi telaga bisa normal dan dapat dimanfaatkan secara luas oleh warga setempat,” katanya.
Ratusan warga mengikuti tradisi Grobyak Telaga di Padukuhan Bendogede, Sumbergiri, Ponjong, Minggu (22/6/2025). Kegiatan menangkap ikan di telaga yang mengering ini berlangsung meriah karena juga diikuti oleh Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntarningsih beserta jajarannya.
Tradisi ini diawali dengan pentas tari dan kenduri. Kenduri dilakukan sebagai bentuk wujud Syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa serta kepada alam.
Warga pun antusias mengikuti Grobyak Telaga dengan alat tangkap yang dimiliki. yakni anco, jaring serok besar yang diberi gagang panjang dan pecak atau serok keci) untuk menangkap ikan air tawar hasil budidaya.
Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih mengatakan, senang atas kekompakan dan kemandirian warga dalam melestarikan tradisi ini. Ia berjanji menjadikan Tradisi Grobyak Telaga menjadi kalender resmi di Kabupaten Gunungkidul.
Hal itu dikarenkan even ini bisa menjadi daya tarik wisata budaya yang berkelanjutan, dengan tetap menjaga nilai-nilai tradisi dan kelestarian alam. Diharapkan ke depan pengunjung dari luar daerah bisa mengikuti kegiatan ini dengan menyewa alat milik warga sehingga menumbuhkan roda perekonomian.
“Kegiatan ini banyak maknanya dan sudah berlangsung selama puluhan tahun dan terus dijaga,” katanya. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News