Talkshow Srawung Sleman bertema Pasar Godean: Antara Harapan dan Kenyataan yang ditayangkan di YouTube SlemanTV, Kamis (10/7 - 2025).
Harianjogja.com, SLEMAN — Pasar Induk Godean Kabupaten Sleman hingga kini masih belum menunjukkan geliat aktivitas perdagangan yang signifikan meski telah selesai direvitalisasi.
Para pedagang awalnya berharap bisa kembali berdagang dengan nyaman setelah pasar direvitalisasi. Kenyataannya, mereka menghadapi berbagai tantangan baru, mulai dari relokasi, kehilangan pelanggan, hingga minimnya promosi.
BACA JUGA: Pemkab Sleman Evaluasi Wi-Fi Gratis, Akses Merata Jadi Prioritas
Sekretaris Komisi C DPRD Sleman, Untung Basuki Rahmat, menyebut Pasar Godean sebagai salah satu dari tiga pasar terbesar di Sleman, selain Pasar Prambanan dan Pasar Sleman. Namun, dua pasar sebelumnya justru sepi setelah direvitalisasi.
“Kalau Pasar Godean juga tidak berhasil, ini alarm besar. Masa setiap kali pasar dibangun malah jadi sepi? Ini menyangkut hidup 1.837 pedagang,” tegas Untung dalam talkshow Srawung Sleman bertema “Pasar Godean: Antara Harapan dan Kenyataan” yang ditayangkan di YouTube SlemanTV, Kamis (10/7/2025).
Ia menambahkan bahwa revitalisasi seharusnya tak berhenti pada fisik bangunan, melainkan harus menyentuh aspek manajemen, pemberdayaan pedagang, hingga penguatan daya tarik bagi pembeli.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman, May Rusmi Suryaning, menyampaikan bahwa pihaknya tengah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk menghidupkan kembali pasar.
“Kami merencanakan operasional Pasar Godean 24 jam, pelatihan digital marketing bagi pedagang, serta promosi lewat media sosial. Kami juga menggandeng kampus dan influencer lokal,” jelasnya.
Selain itu, sistem pembayaran retribusi akan didigitalisasi, zonasi pedagang akan ditata rapi, dan event rutin seperti fashion show serta pentas seni akan digelar untuk menarik pengunjung.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Godean, Sri Kundari, menyebut tantangan terbesar pedagang saat ini adalah adaptasi terhadap sistem digital dan turunnya jumlah pembeli sejak relokasi.
“Kami butuh pelatihan digital, bukan sehari dua hari, tapi sampai bisa. Banyak pedagang sudah sepuh. Kami juga minta akses permodalan karena setelah dua kali relokasi, omzet turun drastis,” ungkapnya.
Ia juga berharap ada food court yang menyasar anak muda, serta penyelenggaraan event bulanan untuk mendongkrak kunjungan.
Anggota Komisi C DPRD Sleman, Indra Bangsawan, mengakui banyak menerima keluhan dari pedagang. Beberapa di antaranya adalah parkir yang belum tertata, hingga kebocoran bangunan.
“Kami akan dukung lewat anggaran untuk promosi, kolaborasi dengan konten kreator, dan kegiatan seni budaya di pasar agar lebih menarik. Tapi pengelola juga harus cepat menindaklanjuti keluhan pedagang,” ujarnya.
Sementara itu, Untung Basuki mengusulkan agar Pemkab mengambil langkah tegas terhadap spekulan yang membeli kios tapi tak pernah dipakai berjualan.
“Kalau sebulan tidak buka, cabut izinnya. Beri pada pedagang sungguhan. Jangan sampai pasar sepi hanya karena kios dikuasai spekulan,” Ketua Fraksi PPP NasDem ini.
Sementara itu, Disperindag Sleman mengaku sudah mulai melakukan sosialisasi kepada pedagang terkait aturan tersebut. Bahkan, jika dalam waktu satu bulan tidak beroperasi, lapak akan ditarik kembali oleh dinas.
Selain itu, zonasi pasar akan dibuat lebih informatif, sehingga pembeli mudah mencari pedagang langganan mereka. Nama-nama pedagang akan ditempel di tiap blok, lengkap dengan jenis dagangan.
Disperindag juga berjanji akan membantu menghubungkan pedagang dengan lembaga perbankan untuk akses modal, serta menyusun skema belanja bersama agar harga sembako lebih murah.
Talkshow ini memperlihatkan bahwa semua pihak, baik pemerintah, DPRD, dan pedagang—memiliki semangat yang sama untuk menghidupkan kembali Pasar Godean.
Tantangan memang tak sedikit, tapi dengan sinergi dan tindakan nyata, Pasar Godean diharapkan bisa kembali menjadi pusat ekonomi rakyat seperti sedia kala.
“Pasar ini harus hidup lagi. Bukan sekadar bangunan, tapi pusat pergerakan ekonomi dan pertemuan antarwarga. Kita semua punya tanggung jawab di situ,” pungkas Untung Basuki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News