Harianjogja.com, JAKARTA—Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menyebut telah berhasil menurunkan angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) hingga mendekati target nasional.
Hal ini disampaikan dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI. Angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) berhasil ditekan dari 2,14 pada tahun 2023 menjadi 2,11 pada tahun 2024, mendekati target nasional sebesar 2,10.
"Selain itu, tingkat partisipasi ber-KB modern (mCPR) juga meningkat dari 60,4 persen menjadi 61,7 persen, mencerminkan efektivitas program penggerakan dan pelayanan keluarga berencana yang terus ditingkatkan," kata Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji dalam rapat yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis (17/7/2025).
Komisi IX DPR RI juga menyetujui Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2024 Kemendukbangga/BKKBN yang menunjukkan tingkat realisasi anggaran sebesar 99 persen. Atas capaian tersebut, Komisi IX DPR RI mengapresiasi Kemendukbangga/BKKBN, termasuk atas keberhasilan meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan selama tujuh tahun berturut-turut.
BACA JUGA: Ratusan Driver Ojek Online Gelar Demo di Kawasan Monas Jakarta
Anggaran yang telah direalisasikan tersebut mendukung pelaksanaan berbagai program strategis di bidang kependudukan dan pembangunan keluarga dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Beberapa capaian indikator strategis Kemendukbangga/BKKBN lainnya yang juga menunjukkan hasil positif, di antaranya angka fertilitas pada kelompok usia tertentu atau age specific fertility rate (ASFR) yang berdasarkan data BKKBN tahun 2024 pada usia 15-19 tahun mengalami penurunan, dari tahun 2022 sebanyak 27 menjadi 20 pada tahun 2023.
Indikator selanjutnya yang menunjukkan hasil positif yakni angka mCPR, indeks pembangunan keluarga (iBangga), dan Median Usia Kawin Pertama (MUKP).
"Jika dilihat dari datanya, sebagian besar indikator menunjukkan tren positif, naik dalam hal yang baik dan turun dalam hal yang juga baik," ucap Wihaji.
Kemajuan signifikan juga dicapai dalam upaya penurunan prevalensi stunting. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia pada 2024 tercatat sebesar 19,8 persen, menurun dari 2023 yang tercatat sebesar 21,5 persen.
Secara keseluruhan, capaian tersebut mencerminkan arah yang positif dalam pembangunan keluarga dan pengendalian kependudukan nasional.
"Ke depan, Kemendukbangga/BKKBN akan terus memperkuat strategi dan intervensi lintas sektor guna mewujudkan generasi Indonesia yang sehat, berkualitas, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045," tutur Wihaji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara