- UANG
- EKONOMI
Keputusan tersebut diambil setelah LG Energy Solution melakukan evaluasi menyeluruh terhadap berbagai faktor.
Rabu, 23 Apr 2025 09:32:00

Keputusan mengejutkan datang dari LG Energy Solution, perusahaan asal Korea Selatan yang memilih hengkang dari proyek besar di Indonesia. Raksasa industri baterai ini memutuskan untuk menarik investasi senilai 11 triliun won atau sekitar USD7,7 miliar setara dengan Rp130 triliun.
Pengumuman resmi disampaikan perusahaan pada Jumat, 18 April 2025, bahwa proyek rantai pasokan baterai kendaraan listrik yang dirancang di Indonesia dibatalkan. Langkah ini menandai berakhirnya salah satu kerja sama strategis terbesar yang sempat digadang-gadang akan membawa transformasi besar dalam ekosistem kendaraan listrik Tanah Air.
Menurut laporan dari Edaily, keputusan tersebut diambil setelah LG Energy Solution melakukan evaluasi menyeluruh terhadap berbagai faktor, mulai dari dinamika pasar hingga iklim investasi yang terus berubah.
"Kami telah sepakat untuk secara resmi menarik diri dari mega proyek Indonesia," kata perusahan dalam pernyataan resmi dikutip Rabu, (23/4).
Kerja sama antara Indonesia dan LG sejatinya telah berlangsung sejak tahun 2022. Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia kala itu bertemu langsung dengan CEO LG Energy Solution, Young Soo Kwon, untuk membicarakan kelanjutan proyek strategis ini. Proyek tersebut dirancang sebagai bentuk kolaborasi antara pemerintah Indonesia, BUMN, dan Konsorsium LG.
Bahlil menyatakan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkomitmen melanjutkan kerja sama meskipun sempat terkendala oleh diterbitkannya Inflation Reduction Act (IRA) di Amerika Serikat. Aturan ini diketahui berdampak signifikan pada rantai pasok bahan baku baterai secara global. Kendati begitu, proyek ini sempat tetap berjalan sebagai wujud semangat bersama dalam mendorong hilirisasi sumber daya alam dan peningkatan nilai tambah ekonomi nasional.
Nilai investasi dari proyek ini sangat besar, mencapai USD 9,8 miliar. Ini merupakan kerja sama antara konsorsium LG yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, Huayou, LX International, dan POSCO Future M dengan konsorsium BUMN IBC, yang melibatkan ANTAM dan Indonesia Battery Corporation (IBC).
Sempat Hadapi Ancaman
Pada awal 2023, LGES sempat menghadapi ancaman pembatalan dalam proyek baterai kendaraan listrik tersebut. Dia mengatakan meskipun negosiasi antara LGES dan pihak Indonesia yang diwakili Antam sempat mandek karena adanya bahasan yang cukup sulit, namun Bahlil telah memastikan rencana tersebut pada saat itu tetap akan dilaksanakan dan LGES tidak akan mundur.
Langkah awal dari mega proyek ini telah dilakukan melalui pembangunan pabrik sel baterai di Karawang dengan nilai investasi mencapai USD 1,1 miliar. Pabrik tersebut ditargetkan mampu memproduksi 10 GWh sel baterai secara komersial mulai April 2024.
Melansir dari Hanin Post, proyek ini juga mencakup pembangunan fasilitas pemrosesan lanjutan seperti smelter, prekursor, dan katoda, serta pengembangan kerja sama pertambangan dengan ANTAM di wilayah Buli, Halmahera. Semua ini dirancang untuk membentuk rantai pasok baterai yang terintegrasi di Indonesia.
Sudah Bentuk Korsorsium
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, LG Energy Solution bersama para mitranya telah membentuk konsorsium pada 2022 untuk menjalankan proyek ini. Tujuannya adalah membangun rantai nilai lengkap dari penambangan nikel, pemurnian, hingga produksi sel baterai dengan skala investasi total mencapai 11 triliun won.
Indonesia dipilih karena memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, komoditas utama dalam produksi baterai. Proyek ini juga dirancang untuk membangun kapasitas produksi baterai hingga 200 GWh per tahun, yang setara dengan kebutuhan 3,5 juta kendaraan listrik.
Semua itu direncanakan dibangun di atas lahan seluas 275 hektar dalam kawasan industri terintegrasi. Namun, mimpi besar itu kini kandas.
Perubahan kondisi pasar yang begitu cepat dan ketidakpastian iklim investasi menjadi faktor utama yang mendorong LG Energy Solution untuk menghentikan proyek. Salah satu sorotan adalah stagnasi pasar kendaraan listrik yang sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir, yang memunculkan kekhawatiran soal kelayakan dan profitabilitas proyek jangka panjang ini.
Artikel ini ditulis oleh


Proyek Baterai Rp129 Triliun di RI Ditinggal LG, Investor Eropa Juga Tahan Diri
Lesunya pasar kendaraan listrik disinyalir jadi alasan kuat para investor undur diri dari Indonesia.

LG Tarik Investasi Rp130 Triliun dari Indonesia, Presiden Prabowo: Indonesia Besar, Indonesia Cerah
Inisiatif tersebut berupaya untuk mencakup seluruh proses mulai dari pengadaan bahan baku hingga produksi prekursor, bahan katode dan pembuatan sel baterai.

Hal ini dikarenakan kolaborasi pembangunan ekosistem baterai EV dengan Volkswagen, CBL China lalu juga dari Ford Motor masih berjalan.

Kementerian ESDM memastikan bahwa proyek investasi kendaraan listrik (EV) senilai USD 9,8 miliar tetap berjalan sesuai rencana.

Respons Prabowo soal LG Batal Investasi: Indonesia Cerah
Presiden Prabowo Subianto angkat bicara soal hengkangnya konsorsium Korea Selatan yang dipimpin LG, dari proyek baterai EV.

Tanpa diduga, Ford menghentikan pengembangan kendaraan listrik
Ford bukanlah satu-satunya perusahaan yang menarik diri dari ambisi besar mereka di sektor EV.
Ford 1 tahun yang lalu

September 2024, LG akan memulai pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Batang.
Hadirnya pabrik katoda LG di Batang menjadi integrasi pembangunan hulu dan hilir ekosistem baterai kendaraan listrik.

BASF dan Eramet masih buka peluang untuk terlibat dalam industri kendaraan listrik di Indonesia, dengan cara menjual cadangan produknya.